Citizen Journalism

PUSMAJA Gelar Diskusi Publik, Wakil Ketua DPD RI Dihadirkan

399
×

PUSMAJA Gelar Diskusi Publik, Wakil Ketua DPD RI Dihadirkan

Sebarkan artikel ini

Yogyakarta, Kahaba.- Bekerja sama dengan para sesepuh yang berada di Yogyakarta, para mahasiswa-mahasiswi yang tergabung dalam  Pusat Studi Mahasiswa Pasca Sarjana (PUSMAJA) Yoyakarta menyelenggarakan diskusi public dengan tema “Peran DPD RI dalam Mendorong Pembangunan  Daerah dan Mewujudkan Smartcity Bima Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Bima”.

Pusmaja saat menggelar diskusi publik.
Pusmaja saat menggelar diskusi publik.

Pada kegiatan tersebut, PUSMAJA menghadirkan Wakil Ketua DPD RI, Farouk Muhammad dan Muhammad Aditia AN. Salam, Presiden Direktur PT Gama Techno Indonesia sebagai pembicara.

Diskusi yang dilaksanakan tanggal 27 Februari 2016 bertempat di gedung DPD DIY tersebut dihadiri oleh 160 peserta, selain sesepuh, mahasiswa S1, S2 dan S3 juga masyarakat Bima-Dompu-Sumbawa yang ada di Yogyakarta. Acara itu juga dihadiri oleh Hafidh Asromanggota DPD RI perwakilan DIY serta mahasiswa luar pulau Sumbawa.

Ketua PUSMAJA M. Jamil dalam sambutannya memaparkan, jumlah mahasiswa asal Mbojo kurang lebih 1000 dengan mahasiswa pascasarjana (S2 dan S3) sekitar 100 orang, dengan berbagai macam disiplin ilmu. Diantaranya kesehatan, pendidikan, ekonomi, agama, teknik, termasuk seni dan kebudayaan.

Kegiatan Pusmaja Mbojo – Yogyakarta fokus pada kajian dan riset tentang pengembangan dana Mbojo, baik pada sisi sumber daya alam, kearifakan lokal, pemberdayaan masyarakat dan pengembangan ekonomi kreatif, melalui pendekatan Interdisiplin keilmuan.

“Besar harapan kami pada Pemerintah Kota Bima, Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu, dengan potensi  SDM  yang ada, dapat membuka ruang bagi mahasiswa Yogyakarta untuk berperan serta dalam pembangunan dana Mbojo,” pinta mahasiswa pasca kenotarian UGM itu.

Belajar dari pengalaman, banyak putra – putri terbaik Dana Mbojo yang memilih untuk tetap tinggal dan memajukan daerah orang lain, dari pada kembali ke tanah kelahirannya. Potensi sumber daya manusia terdidik asal dana Mbojo di Yogyakarta secara kuantitaf maupun kualitas sangat banyak. Artinya kesadaran untuk keilmuan itu semakin meningkat.

Tapi pertanyaan kritisnya adalah , dana Mbojo dengan segudang sumber daya manusia terdidiknya, malah saat ini mendapatkan predikat daerah yang masuk dalam zona merah (konflik dan radakilisme). Menurut jamil Pemerintah belum begitu banyak berperan dalam mengakomodir harapan-harapan putra- putri Mbojo, sehingga muncul gejolak-gejolak sosial.

Sementara itu, Perwakilan sesepuh Hj. Siti Aisyah Sahidu dalam sambutannya, sangat mengapresiasi kegiatan yang dilakukan PUSMAJA – Yogyakarta, dan merasa bangga terhadap generasi muda yang tergabung dalam Pusmaja. Sebab, tidak hanya focus dengan kewajibannya sebagai mahasiswa, tapi juga merasa bertanggungjawab terhadap kemajuan dana Mbojo. “Saya bangga melihat putra dan putri Bima yang punya pemikiran maju seperti kalian ini,” pujinya.

Acara diskusi dipimpin Moderator, Firman mahasiswa S3 Fakultas Kedokteran UGM. Acara diskusi mulai pukul 13.00 WIB. Tampil sebagai pembicara pertama Wakil Ketua DPD RI Farouk Muhammad.

Dalam pemaparannya, putra asli Bima itu menyampaikan banyak hal terutama tugas DPD sebagai wakil dari daerah, dalam upaya memajukan daerah. Menurutnya DPD sudah banyak melakukan hal-hal yang bernilai positif untuk memperjuangkan kepentingan rakyat, diwakili dengan mendorong pemerintah dalam perbaikan dan pengembangan infrastruktur, seperti perbaikan jalan nasional, jalan wisata. Selain itu sudah mendorong pemerintah membangun tepung ikan di Sape, pabrik rumput laut di Wera dan pabrik Es di Kota Bima.

“DPD juga mendorong Pemerintah daerah untuk mengembangkan produksi bawang sebagai produk unggulan Bima,” tuturnya.

Menyinggung masalah perluasan bandara Muhammad Salahuddin Bima, Mantan Gubernur PTIK itu mengatakan sebenarnya sudah di goalkan, namun kendalanya Pemerintah Daerah yang tidak mampu menyelesaikan masalah sengketa tanah bandara.

Pembicara kedua, Muhammad Aditia AN. Salam, memaparkan hasil analisanya tentang potensi daerah Bima menjadi Kota yang bisa dikembangkan menjadi kota Smart City, dilihatnya bahwa Smart City merupakan kota cerdas yang mulai dibicarakan oleh masyarakat terutama di negara-negara besar. Smart City tidak harus dibangun oleh pemerintah melainkan bisa juga dilakukan masyarakat. Karena masyarakat cerdas merupakan tanggungjawab dari semua elemen yang ada.

Pertumbuhan manusia yang begitu cepat, mau tidak mau harus dipikirkan konsep pengelolaan kota, ditengah kemajuan teknologi informasi yang begitu cepat. Sehingga wacana kota cerdas atau Smart City itu menjadi topik yang sangat hangat. Pemanfaatan teknologi informasi adalah merupakan salah satu opsi yang harus digunakan dalam menghubungkan keberlangsungan masyarakat dengan segala aktifitasnya. Sehingga teknologi bisa bernilia positif dan bukan justru berdampak negatif dalam kehidupan masyarakat.

“Komponen utama penggunaan dalam membangun Smart City pertama, Smart Governance, Smart Economy, Smart Mobility, Smart Living, Smart Environment, Smart People. Penerapan konsep Smart City bisa saja dilakukan di Bima, mengingat potensi masyarakat Bima yang hampir semua sekolah dan cepat beradaptasi dengan teknologi dan informasi,” jelasnya.

*Eba (Penulis Anggota PUSMAJA)