Kota Bima, Kahaba.- Tampilan pentas seni yang memukau dari Kota Bima menghipnotis ribuan penonton yang memadati Arena Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) di Pasuruan, Jawa Timur, Kamis malam 22 Juni 2023.
Penampilan kompilasi Tari Wura Bongi Monca, Lenggo Kreasi, dan Rimpu Mantika yang menggambarkan budaya dan tradisi masyarakat Mbojo (Bima) mencuri perhatian, karena pertunjukan dimaksud menggabungkan keindahan estetika, kreativitas, dan kepiawaian para seniman lokal.
Dari arena APEKSI Pasuruan, Kepala Dinas Pariwisata Kota Bima M Natsir menjelaskan, Tari Wura Bongi Monca merupakan tarian selamat datang atau penyambutan tamu. Tarian ini dilakukan secara berkelompok oleh penari wanita dengan gerakan lemah lembut, sambil menebarkan beras kuning sebagai simbol penghormatan dan pengharapan.
Kemudian Tari Lenggo Kreasi sambungnya, terinspirasi dari Lenggo Siwe dimana penari nya adalah Sampela Siwe (Gadis). Sebab diberi nama Lenggo Siwe karena gerakan tari ini lambat dan halus.
“Seperti lenggak lenggok pohon yang dihembus angin sepoi-sepoi, maka di namakan Mpa’a Lenggo. Lenggo berasal dari kata lenggok,” jelasnya.
Sementara Tari Rimpu Mantika, terinspirasi dari Budaya Rimpu. Rimpu biasanya hanya diperuntukkan bagi perempuan saja.
Rimpu ada dua macam yaitu rimpu cili dan Rimpu Colo. Rimpu Cili yang memperlihatkan bagian mata saja, menandakan perempuan tersebut belum menikah. Lalu Rimpu Colo yang memperlihatkan seluruh wajah yang berarti sudah menikah.
Cara memakai yaitu dengan cara satu kain dililitkan di perut, hingga menutupi tubuh bagian bawah disebut Sanggentu. Satu sarung untuk bagian kepala menjulur hingga ke perut yang dikenal dengan sebutan Rimpu.
“Rimpu merupakan pakaian wanita Bima ketika beraktifitas di luar rumah,” paparnya.
Walikota Bima bersama jajaran Pemkot Bima yang juga menonton tampilan pentas spektakuler ini mengaku sangat bangga, apalagi melihat para penonton yang terpesona oleh koreografi yang anggun dan harmonis.
Tarian dengan cerita yang kaya akan nilai-nilai budaya berhasil membangkitkan emosi penonton dan menggambarkan kehidupan masyarakat Bima dengan begitu elegan dan syarat nilai.
Tidak hanya itu, penggunaan efek cahaya yang menakjubkan juga turut memperkuat kesan visual dalam pertunjukan. Cahaya yang indah dan berbagai proyeksi yang menarik ditampilkan.
Natsir menambahkan, tarian dilakukan dengan durasi sekitar tujuh menit dan diakui bahwa tampilan ini adalah ekspose atas kualitas dan nilai budaya Bima yang begitu luar biasa, dan berharap tampilan ini menjadikan masyarakat nasional kemudian ingat bahwa Kota Bima identik dengan “Pesona Rimpu Ma Ntika”
*Kahaba-01