Kabupaten Bima, Kahaba.- Para petani di Kecamatan Lambu dan Sape mengeluhkan tanaman bawang merah mereka yang terancam gagal panen. Hama ulat menggerogoti tanaman bawang mereka saat ini mendekati masa panen, sementara perhatian pemerintah melalui dinas terkait dinilai tidak pernah ada.
Saat ini kondisi tanaman bawang mereka yang berumur 40 sampai 50 hari daunnya sudah menguning dan penuh ulat. Ulat yang biasa menggerogoti tanaman bawang tersebut bahkan sudah menyebabkan puluhan hektar lahan pertanian bawang lainnya di kecamatan lambu sudah mati. Padahal dalam hitungan normal, sekitar sepuluh hari lagi mereka akan memanen komoditas lokal yang menjadi tumpuan hidup mereka ini.
Menurut penuturan salah seorang petani asal Desa Rato Kecamatan Lambu, Syarifuddin, ratusan hektar lahan pertanian yang ada di daerahnya kini terancam gagal panen setelah puluhan hektar lainnya sudah habis dimakan ulat. Menurutnya, serangan hama ulat tersebut terjadi karena cuaca yang kurang menentu yang terjadi belakangan ini. “Kalau ada gerimis dan mendung pasti ulatnya akan bertambah,” ujarnya pada Kahaba Minggu (30/9).
Untuk menanggulangi serangan hama ulat tersebut Syarifuddin mau tidak mau harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Rp 300 ribu hingga 500 ribu rupiah setiap harinya harus dikeluarkan untuk pembelian pestisida dan pupuk. Namun upaya petani tersebut tetap tidak membuahkan hasil maksimal.
Karena adanya hama ini, para petani dipastikan akan menanggung kerugian yang tidak sedikit. Biaya produksi mereka untuk bibit, pemeliharaan dan upah tenaga kerja dirasa terlalu mahal jika dibandingkan dengan harga jual bawang merah yang belakangan ini rendah di pasaran. “Uang kami hanya habis untuk semprot bawang,padahal sementara harga jualnya di pasar sedang jatuh. Tapi kami terpaksa, kalau tidak disemprot kami akan rugi lebih banyak,” keluhnya.
Sementara itu Dinas Pertanian yang diharapkan menjadi oase bagi para petani pada saat saat seperti ini hingga kini belum juga memberikan solusi dan arahan buat para petani dalam menangani hama ulat yang semakin mewabah. Petani terkesan dibiarkan berjuang sendiri menanggulangi masalah hama tanpa pernah sekalipun turun untuk mendampingi keterbatasan para petani khususnya di Kecamatan Sape dan Lambu. [BQ/BM]