Kabar Bima

‘Pengakuan Dosa’ dari Sang Penyelenggara

760
×

‘Pengakuan Dosa’ dari Sang Penyelenggara

Sebarkan artikel ini

Sekilas Berita ‘Pesta Maksiat’ di acara lounching rokok GG Mild yang digelar, Sabtu malam, 14 September 2013 pekan lalu—yang hangat di bicarakan akhir-akhir ini memang tentang moralitas belaka. Moral itu relatif, namun ketika dia melabrak nilai dan budaya luhur suatu daerah (Baca: Bima) tentu menjadi catatan lain bagi masyarakat Maja Labo Dahu (Malu dan Takut) ini.

Berikut sederet ‘Pengakuan Dosa’ dari Direktur CV. Timur Enterprise, Syuman Takdir alias Adi, selaku penyelenggara atau Event Organizer (EO) kepada para pewarta, Sabtu sore, 21 September  2013.

Kota Bima, Kahaba.- Di rumah makan itu Adi mengundang sejumlah wartawan. Selaku penyelenggara kegiatan ‘Pesta Maksiat’ Sabtu malam (14/9/13) lalu, Ia hendak mengklarifikasi duduk persoalan yang ada. Sabtu malam di Puncak Hotel Kalaki itu, Adi mengetahui ada wartawan yang datang dari laporan panitia yang ada di acara launching produk rokok Gudang Garam (GG) Mild.

Sukman Takdir alias Adi, Direktur CV Timue Enterprise. Foto: Gus
Syuman Takdir alias Adi, Direktur CV Timur Enterprise. Foto: Gus

“Ada wartawan Bang yang naik ke atas,” ujar Salah seorang panitia kepada Adi. Bos Timur Enterprise itu pun menjawab, “apa salah Saya! Saya kan ada ijin. Suruh wartawan masuk aja,” ujar Adi senada menjawab pertanyaan panitia itu.

Akibat pemberitaan dugaan pesta maksiat yang terjadi di Hotel Kalaki Beach itu, akhirnya memicu reaksi wakil rakyat, Pemerintah dan berbagai ormas Ke-Islaman lainnya. Desakan Kapolres harus meminta maaf pun dikumandangkan dan semua pihak yang terlibat harus di proses sesuai hukum yang berlaku.

Adi mengaku Khilaf dan memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat Bima dan dia berjanji tak akan lagi mengulangi perbuatannya itu. Dirinya pun mengungkapkan, yang dipesan dari Bali itu modern dancer. Dan karena lokasinya naik turun, ia mengaku lepas kontrol hingga terjadi hal seperti ini. Menurut Adi, kegiatan itu  memang secara langsung dan tidak, sudah membawa kerugian moral yang menggemparkan. Tapi, kegiatan itu tidak 100 persen hanyalah kesalahan pihaknya saja.

“Permohonan maaf kami yang sebesar-besarnya dari Timur Enterprise dan juga dari GG Mild yang secara langsung maupun tidak langsung karena sudah membawa kerugian moral yang cukup menggemparkan di tanah kelahiran Saya ini. Dan Kami berjanji tidak akan mengulangi kembali kekeliruan yang telah dilakukan, walaupun Saya ingin  bilang—ini bukan kesalahan 100 persen dari Kami. Saya sudah terhukum secara moral,” katanya.

Adi pun mengucapkan terima kasih dari semua kalangan yang sudah mengingatkan dirinya akan kekhilafan yang dilakukannya. “Terima kasih teman-teman wartawan yang telah menjalankan fungsinya sebagai kontrol sosial dan Kontrol budaya. Terima kasih pula kepada teman-teman mahasiswa dan pemuda yang sudah ikut melakukan protes akan kejadian ini. Dan juga terima kasih kepada Jamaah Ansorut Tauhid (JAT) yang telah dengan caranya memperingatkan kami bahwa apa yang kami lakukan ini salah. Terima kasih kepada Forum Umat Islam yang telah melakukan control akidah di daerah kita ini. Terima kasih kepada pihak kepolisian yang telah menjalankan tugasnya,” ungkap Adi.

Bicara soal yang terlibat dalam acara itu, tegas Adi, mengenai konten acara, sebagai EO memang bertanggung jawab dan pihak sponsor (GG Mild) hanya tahu  di event tersebut kalau kehadiran produknya cukup bagus di rasakan. ”Itu saja yang mereka (Sponsor) mengerti. Sponsor tidak terlibat dalam konten kegiatan. Acara itu tergantung Saya dan pemilik tempat (Hotel Kalaki Peach). Kami sering melakukan pertemuan bertiga. Tapi sesungguhnya, GG Mild tidak akan menyepakati jika Kami dan Kalaki tidak ada kesepakatan. Kami ada sharing tiket di situ,” paparnya.

Lanjutnya, kaitan dengan adanya Minuman Keras (Miras), Adi mengaku tidak menyediakan miras. Tapi ia tidak memungkiri ada Miras di situ. “Saya melihat peredaran miras. Dan silahkan tanyakan kepada kira-kira Siapa yang paling mungkin menghadirkan ‘barang’ itu. Saya tidak ingin menunjukkan siapa pun. Karena Saya (Event Organizer) bukan pemilik cafe dan bukan pedagang miras,” ucap Adi dengan lantang.

Adi menambahkan, tiket yang diduga di ganti dengan segelas Miras, kata Adi adalah Miras milik Kalaki Beach Hotel. Adi pun  mengaku kalau tiket itu diambil pihak Kalaki. ”Dengan tegas Saya menjawab: Saya tidak membawa setetes miras di tempat itu. Dan yang satu gelas (Baca: seloki) saat mengganti dengan tiket itu adalah milik Kalaki Beach. Tiket pun diambil Kalaki semua,” tandasnya.

Seorang penari asal Suicide Anger Dancer Bali.
Seorang dari dua penari asal Suicide Anger Dancer Bali yang didatangkan di acara Sabtu malam (14/9/13) di Hotel Kalaki Beach.

“Saya tidak ingin menyalahkan siapa pun, Kami semua di situ mempunyai bagian masing-masing dalam pekerjaan itu. Termasuk pihak kepolisian dan pihak Kalaki Beach Hotel. Kalau ada teguran saat itu tidak akan terjadi sejauh ini, karena terjadi pembiaran makanya jalan terus,” terangnya.

Kata dia, dirinya sudah mendapatkan surat panggilan sebagai saksi untuk hadir di Kantor Kepolisian Resort Bima, Senin, 23 September 2013. Dan terkait pemberitaan akhir-akhir ini, seolah dirinya satu-satunya ‘penjahat’. Padahal semua memiliki andil dan tanggung jawab di balik acara itu.

Kaitan dengan proses hukum, Perusahaan milik Adi pun sudah menyiapkan dua orang pengacara dalam  kasus ini. Ia pun berharap tidak ingin saling menghancurkan, dan bersama-sama meminta maaf kepada masyarakat Bima.

“Saya meminta maaf adalah tanggung jawab moral saya sebagai pelaksana. Saya orang Bima, saya pun beragama Islam. Kalau masalah hukum, pengacara Saya nantinya yang akan menjawab setelah Saya diperiksa oleh polisi sebagai saksi (Senin, 23 September 2013),” tuturnya.

Bagi Adi, landasan kegiatan itu jelas, bahwa ada izin dari pihak kepolisian. Memang tidak secara eksplisit diberikan izin tentang seksi dancer karena memang konsepnya bukan seksi dancer. Hanya saja yang Ia sayangkan, ketika terjadi ‘kesalahan’ di situ, tentu ada pengawasan.

Adi mengaku tidak melihat Kapolres di situ. Tentunya aku Adi pula, pihaknya tidak akan berani melanjutkan acara tersebut kalau di tegur dan disuruh menghentikan acara. “Landasan acara itu jelas. Kami ada izin dari kepolisian. Permasalahan ada dan tidaknya Bapak Kapolres di sana yang jelas anak buahnya ada. Kehadiran anak buahnya di situ, kehadiran Pak Kapolres,” tanggapnya.

Kemudian, sebagai pengusaha, Adi mengaku  membayar pajak. “Kami Membayar pajak ke Dinas Pendapatan (Dispen) Kabupaten Bima. Orang Dispen pun ada di situ selaku pemerintah,” pungkasnya.

Dan proses pengambilan izin, Adi menjelaskan, kalau hal itu di urus oleh anak buahnya. “Masalah susunan acara sebagai lampiran pengurusan izin yang di sampaikan ke Kepolisian belum bisa saya berikan komentar. “Anak buah Saya yang ngurus izin masih di Mataram, senin baru balik,” imbuhnya.

Berapa biaya pengurusan izin? Izin itu gratis, jawab Adi. “Ente kayak ngak tahu aja ngurus izin mas,” canda Adi sembari melempar senyum manisnya.

Dan kaitan dengan dugaan tindak pidana pornoaksi yang di ditengarai menjerumuskan persoalan malam itu ke ranah hukum, menurut Adi, Pornoaksi secara eksplisit adalah penunjukkan alat kelamin. Namun dari penelusuran Kahaba, pengertian pornoaksi sebagaimana yang tertuang dalam situs www. wikipedia.org, pornoaksi adalah perbuatan mengeksploitasi seksual, kecabulan, dan/atau erotika di muka umum.

Bagaimana jika dirinya di jadikan tersangka? “Yah, itu konsekuensi hukum secara kelembagaan atas nama Direktur CV. Timur Enterprise, Syuman Takdir. Dan Itu hari Senin (23/9/13) urusannya,” jelas Adi dengan tegarnya.

Hadir pula di pertemuan itu, Aji, Supervisor promosi GG Mild. Aji mengaku kalau dirinya adalah orang perusahaan dan tidak bisa memberikan keterangan persnya. “Ada orang di perusahaan yang akan menjawab hal ini,” ucap Aji dengan ringkasnya. [BM/AL]