Kabar Bima

Istri Korban KDRT Trauma, Suami Masih Buron

336
×

Istri Korban KDRT Trauma, Suami Masih Buron

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Akibat luka bekas penganiayaan yang dilakukan oleh suaminya sendiri, SR (34) harus mendapatkan perawatan di PKU Muhamadiyah. Tak hanya itu, ia pun diduga menderita trauma psikologis. Sedangkan sang suami pelaku KDRT, Awaludin (38) Pegawai PLN Kolo warga Kelurahan Kolo hingga kini masih diburu polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Istri Korban KDRT Trauma, Suami Masih Buron - Kabar Harian Bima
Ilustrasi

Awal mula kejadian, seperti yang diungkapkan oleh Kapolsek Asakota, IPDA, Mulyono, berlangsung sekitar pukul 10.00 wita Jumat (7/12/2012). Berawal dari adu mulut antara keduanya, tiba-tiba Awaludin memukul istrinya pada bagian pipi, mulut dan kepala dengan tangan terkepal. “SR tidak ingat berapa kali dirinya dipukul. Tapi kondisinya sekarang masih shock,” ujarnya.

Kata dia, setelah datang melapor beberapa saat pasca kejadian, Sri Rafini dilarikan ke Puskesmas Asakota, untuk mendapatkan perawatan medis. “Setahu kami Sri Rafini sekarang sudah dirawat ke PKU Muhammadiyah Bima,” katanya saat ditemui di ruangannya .

Untuk mengamankan pelaku, polisi masih terus melakukan koordinasi dengan warga setempat. Karena setelah kejadian, Awaludin melarikan diri. “Kami masih memburu Awaludin. Untuk terus mengetahui keberadaannya, kami terus jalin koordinasi dengan warga setempat,” tandasnya.

Ia menambahkan, kasus tersebut akan segera diserahkan ke Bagian Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Bima Kota. “Dari kasus itu, Awaludin melanggar pasal 44 ayat 1 UU nomor 23 tahun 2004 tentang kekerasan dalam rumah tangga. Dengan ancaman hukuman lima tahun penjara,” tambahnya.

Di tempat berbeda, SR yang berusaha di temui di Ruangan Marwa PKU Muhammadiyah Bima, hanya bisa berteriak. Usai diperiksa di ruangan Radiologi, SR semakin keras berteriak sambil menangis histeris. “Dia shock jika melihat lelaki,” ujar salah seorang keluarga. Keluarga Sri Rafini yang dimintai keterangan, enggan berkomentar. Mereka mengaku tidak tahu persis kejadiannya. [BK]