Kabar Kota Bima

PKM Paruga Intens Skrining Hipotiroid Kongenital

715
×

PKM Paruga Intens Skrining Hipotiroid Kongenital

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Dinas Kesehatan Kota Bima melalui Puskesmas (PKM) Paruga Kecamatan Rasanae Barat saat ini intens menyelenggarakan kegiatan Skrining Hipotyroid Kongenital (SHK) pada balita, sebagai langkah dan upaya mendeteksi dini.

PKM Paruga Intens Skrining Hipotiroid Kongenital - Kabar Harian Bima
Petugas PKM Paruga saat melakukan Skrining Hipotyroid Kongenital. Foto: Ist

Kepala PKM Paruga Rita Astuti menjelaskan, hipotiroid kongenital merupakan kelainan akibat kekurangan hormon tiroid yang terjadi sejak dalam kandungan.

Penyakit yang diakibatkan gangguan tyroid merupakan salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM), namun berpotensi menjadi masalah Kesehatan di lingkungan masyarakat.

“Hormon tiroid memiliki peran vital dalam pertumbuhan, metabolisme, dan pengaturan cairan tubuh. Tanpa tiroid yang cukup, sel saraf, sel otak, dan otot tidak bisa berkembang dengan baik,” jelasnya, Kamis (16/11).

Menurut dia, tidak hanya menyebabkan kegagalan pertumbuhan, kekurangan hormon tiroid juga dapat mengakibatkan keterbelakangan mental pada penderitanya.

“Kejadian hipotiroid kongenital mencapai skala 1: 3000 kelahiran di seluruh dunia,” ungkap Rita.

Sebenarnya kelainan ini bisa dicegah karena sebelum masa pubertas, hormon tiroid berperan penting untuk menunjang maturasi tulang. Anak dengan hipotiroid kongenital yang tidak segera ditangani, dapat menyebabkannya mengalami retardasi pertumbuhan.

“SHK telah menjadi standar pelayanan bagi semua bayi baru lahir, yang tertuang dalam Permenkes No.25 Tahun 2014 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Anak dan Permenkes No.78 Tahun 2014,” katanya.

Rita menambahkan, SHK dilakukan pada bayi baru lahir hari ke-2 sampai 4 atau usia bayi 48 – 72 jam setelah lahir. Skrining dilakukan dengan mengambil sampel darah kapiler dari permukaan lateral kaki bayi atau bagian medial tumit, darah kapiler diteteskan ke kertas saring khusus.

Bagi bayi yang positif mengalami gangguan tyroid dapat dilakukan intervensi dini, berupa sulih hormon sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal sesuai potensinya.

“Guna mencegah ini semua petugas kami intens turun ke lapangan, sekaligus mensosialisasikan pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Terutama penerapan gizi seimbang bagi keluarga, termasuk penggunaan garam beryodium,” tambahnya.

*Kahaba-04