Kabar Bima

Kebun Tebu Pekat Dibakar, Investor Mengungsi ke Bima

712
×

Kebun Tebu Pekat Dibakar, Investor Mengungsi ke Bima

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Sengketa penggunaan lahan di Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu berakhir dengan pembakaran. Sebagian lahan Kebun Tebu terbakar, berikut kantor dan sejumlah kendaraan milik PT. Sukses Mantap Sejahtera (SMS). Pembakaran diduga dilakukan sekelompok warga setempat pada Kamis siang (15/5).

Akibat sengketa lahan, sejumlah mobil milik PT. Sukses Mantap Sejahtera (SMS) dibakar. Foto: BIN
Akibat sengketa lahan, sejumlah mobil milik PT. Sukses Mantap Sejahtera (SMS) dibakar. Foto: BIN

Akibatnya, perusahaan selaku investor pabrik gula serta tenaga ahli yang berjumlah sekitar 30 orang mengungsi dan mengamankan diri ke Kota Bima. “Kami memilih untuk menyingkir dan mengamankan diri. Karena situasi di areal perusahaan tidak terkendali dan anarkis,” ujar Direktur PT. SMS, Kiki di Hotel Parewa Kota Bima, Jum’at sore (16/5).

Ia menceritakan, peristiwa pengerusakan dan pembakaran tersebut terjadi saat sekelompok warga mendatangi kantor mereka. Polisi yang sudah berjaga dan berusaha menghalau massa, tidak bisa berbuat banyak.

Dari kejadian itu, kantor beserta isinya, gudang solar, dua unit traktor serta lahan tebu sekitar dua hektar, terbakar. ”Kami mengalami kerugian sekitar Rp 7 miliar,” sebutnya.

Menurut dia, itu terjadi karena salah paham antara beberapa warga dan pegawainya. Sekelompok warga melarang aktifitas perusahaan karena sering dilalui oleh ternak mereka. Bahkan diakuinya, warga sekitar lokasi kebun tebu, telah memasang tugu sebagai tanda areal larangan menanam apapun.

Padahal, menurutnya merujuk pada izin yang dimiliki melalui Hak Guna Usaha (HGU) oleh pemerintah pusat dan Pemda Dompu, seluas 660 hektar. Sementara luas lahan yang diklaim warga sekitar 10 ribu hektar. “Batas-batas lahan itulah yang tidak dipahami warga, “ujarnya.

Padahal di atas lahan tersebut sudah ada peralihan yang dikeluarkan oleh BPN pusat di mana yang sebelumnya ditanami mete dialihkan untuk ditanami tebu. “Kami berencana membangun pabrik gula dari tanaman tebu yang proses produksinya dimulai pada 2015 nanti,” jelasnya.

Lanjut Kiki, selain swasembada gula, pihaknya juga berencana untuk swasembada sapi. Karena selain menghasilkan gula kualitas tinggi, pucuk tebu untuk pakan ternak sapi sementara kotorannya untuk pupuk. “Lalu apa lagi yang diinginkan masyarakat,“ herannya.

Padahal, keberadaan perusahaannya sudah mempekerjakan warga lokal  sebanyak 500 orang. Nanti ketika sudah produksi, tenaga lokal yang dibutuhkan cukup banyak. “Karyawan yang dibutuhkan nanti sekitar 4000 sampai 5000 orang,” tambahnya.

Pasca kejadian tersebut, pihaknya belum memikirkan untuk kembali ke Pekat. Menunggu kondisi benar – benar kondusif. Sementara pelaku pembakaran, ia berharap polisi bisa segera menangkap dan memberikan hukuman sesuai aturan yang berlaku.

*BIN