Kota Bima, Kahaba.- Kasus aborsi beberapa hari kemarin cukup menghebohkan. Dunia Pendidikan pun, kembali mendapat tamparan keras. Lebih-lebih diduga pelakunya adalah mahasiswi Kebidanan, yang sebenarnya tidak harus melakukan praktek kebidanan seperti itu. (Baca. Penemuan Mayat Bayi Gegerkan Warga BTN Penatoi)
Aksi kriminalitas oleh mahasiswi itu pun mengundang tanggapan dari Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Bima. Wakil Ketua KNPI Bidang Keagamaan, Seni, Budaya dan Pariwisata Kota Bima, Musthofa Umar, S. Ag., M.Pd.I merasa sangat perihatin dengan kejadian tersebut. (Baca. Diduga Aborsi, Calon Bidan Ditangkap Depan Kampus)
Apalagi kabarnya dilakukan oleh mahasiswi yang cerdas, pintar, periang dan sebagainya. Akan tetapi buktinya hal itu tidak membuat si pelaku menyadari perbuatannya keliru. (Baca. Aborsi, Calon Bidan Terancam di DO)
“Pertanyaannya, lalu apa yang keliru dengan sistem pendidikan kita? mungkin tujuan? apakah kita ingin mencetak orang pintar, cerdas atau mencetak orang baik? Pintar dan cerdas tidak menjadi jaminan orang itu baik. Yang dibutuhkan bangsa ini adalah orang-orang baik, bukan orang pintar,” ujarnya. (Baca. Pacar Calon Bidan itu Diciduk)
Kata dia, Kota Bima sebenarnya dalam urusan Agama sangat tinggi. Dana perhelatan MTQ tingkat Kelurahan saja, sampai angka 30 juta. Akan tetapi belum berbanding lurus, dengan tujuan MTQ itu. “Tujuannya yakni mewujudkan masyarakat-masyarakat yang Qur’ani. Masyarakat, remaja, pemuda yang memegang teguh dan menjalankan isi serta tujuan al-Qur’an itu sendiri,” paparnya.
Menurut dia, degradasi moral kini sudah di depan. Bukan hanya tontonan di Televisi, tapi sudah masuk ke wilayah dan lingkungan masing-masing. Harus ada yang berpikir keras untuk hal itu. Remaja perlu dicarikan solusi untuk membuat mereka yang lebih baik.
“Tawaran dari KNPI adalah, pihak-pihak yang berkepentingan, untuk menggalakkan kreativitas seni dan agama. Mereka harus didorong dan dibuatkan wadah-wadah ekstrakulikuler yang padat, untuk menyibukkan mereka latihan, dan menggeluti bidang seni masing-masing,” sarannya.
Sambung Musthofa, organisasi-organisasi kampus harus hidup. Caranya mudah dan ini banyak diterapkan perguruan tinggi lain. Aktifkan Point Angka Kredit, yang didapatkan dari kegiatan-kegiatan ekstra kampus. Ini hendaknya dilakukan oleh semua kampus agar tidak menjadi kecemburuan kampus lain. Sehingga nantinya mahasiswa akan pro aktif untuk mencari Kredit Point karena itu sebagai pra sayarat mengikuti ujian dan sebagainya. Misalnya point harus 100 untuk UTS dan 150 untuk UAS.
Terkadang dana untuk pembinaan agama sudah ada, namun menggunakannya tidak memakai bahasa pemuda. Program-program agama banyak untuk mereka yang dewasa dan orang tua. Namun untuk remaja belum terlalu disentuh.
Ceramah agama, pengajian umum, perhelatan-perhelatan seni, tidak mengenai sasaran pemuda/remaja, namun lebih sifatnya umum. Mana program khusus remaja dan pemuda bidang seni dan agama?
“Olah raga mungkin benar, namun ingat tidak semua anak muda suka olah raga, mereka lebih tertarik pada seni (bakat) masing. Dan itulah tugas kita untuk mengembangkannya, melalui jalur-jalur yang ada. Pemuda tentu akan dimengerti oleh sesama pemudanya,” tuturnya.
Maka, lanjutnya, KNPI dan ormas-ormas kepemudaan harus diberikan perhatian khusus oleh Pemerintah, agar bisa mengakomodir keinginan-keinginan pemuda di Kota Bima dan tidak terulang kembali hal seperti ini.
Kata dia, KNPI selaku payung organisasi pemuda, sangat membutuhkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk hal itu. Agar bisa melakukan kerjasama dengan baik. Bidang agama, seni dan olah raga tentu dengan bahasa pemuda, agar sampai kepada sasarannya.
“BEM, LDK dan organisasi-organisai Kampus harus dihidupkan. Jangan sampai mereka dalam melakukan satu kegiatan kepemudaan, harus pontang-panting bawa proposal untuk dana mereka. Bila terjadi seperti ini, yang malu siapa?,” tanyanya.
*Erde