Kabar Bima

Orasi Dihadang Ngaji, Pendemo Ngamuk

325
×

Orasi Dihadang Ngaji, Pendemo Ngamuk

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Para pendemo di depan Kantor Pemerintah Kota (Pemkot) Bima, Rabu (16/9) pagi mengamuk. Massa aksi dari BEM NTB Raya itu tak terima, kehadiran mereka untuk menyampaikan aspirasi justru dihadang dengan suara rekaman ngaji yang distel menggunakan pengeras suara. (Baca. Lagi, Masalah Pasar Amahami di Demo)

Yasin saat merangsek masuk di halaman Kantor Walikota Bima. Foto: Bin
Yasin saat merangsek masuk di halaman Kantor Walikota Bima. Foto: Bin

Sikap tak kooperatif Pemkot Bima itu memang bukanlah pertama. Hampir setiap aksi unjuk rasa, suara rekaman ngaji selalu distel untuk menghadang orasi dari pengeras suara para pendemo. Entah itu disengaja atau tidak, tapi sikap tersebut mengundang kecaman para mahasiswa.

Yasin, perwakilan massa aksi bahkan meluapkan kekesalannya dengan meloncati pagar pintu masuk. Ia berlari menerobos barikade pengamanan Pol PP dan Kepolisian ke dalam halaman Kantor Pemkot Bima. Dengan maksud meminta agar rekaman suara ngaji itu dimatikan.

Pasalnya, Ia dan rekan-rekannya sudah berulang kali melalui pengeras suara meminta agar suara ngaji dimatikan, tetapi tak diindahkan. “Saya minta kepada Pemkot Bima untuk segera mematikan suara ngaji itu. Tolong hargai kami yang menyampaikan aspirasi,” teriaknya.

Belum sampai ke pintu masuk Kantor Pemkot Bima, Yasin diamankan Aparat Kepolisian dan diarahkan kembali ke massa aksi. Setelah suasana sedikit gaduh, barulah suara ngaji tiba-tiba dimatikan.

“Kami mengecam sikap Walikota Bima yang terkesan anti kritik dengan menghadang kami menggunakan suara ngaji. Ini bukan masjid, mendengarkan ngaji itu harus dengan adab-adab,” kata perwakilan massa aksi lainnya dari STIH Muhammadiya Bima.

Suara ngaji beberapa kali terdengar kembali saat mahasiswa berorasi menyorot persoalan Pasar Amahami. Namun hanya berlangsung sebentar kemudian dimatikan lagi. Sesaat sebelum massa aksi membubarkan diri, rekaman ngaji distel lagi.

Dalam aksinya, gabungan mahasiswa dari berbagai kampus di Bima ini mengkritisi sejumlah persoalan berkenaan dengan pemindahan pedagang dan penempatan Pasar Amahami. Mulai dari tak maksimalnya fasilitas, pedagang yang tak diakomodir hingga tudingan praktek pungutan liar terhadap pedagang.

*Ady