Kota Bima, Kahaba.- Di tengah pandemi Covid-19, tanggal 13 Juli 2020 Dinas Dikbud Kota Bima berencana melaksanakan uji coba sekolah tatap muka. Rencana ini pun tetap menerapkan protokol Covid-19, seperti menyediakan tempat cuci tangan, pakai masker dan jaga jarak dengan memberlakukan sistem shift. (Baca. 13 Juli Dikbud Uji Coba Sekolah Tatap Muka)
Namun keinginan tersebut diharapkan oleh praktisi pendidikan M Zacky Amini untuk dipikirkan lebih matang. Pasalnya akan beresiko dan tidak menutup kemungkinan lembaga pendidikan dapat menjadi penyumbang baru munculnya wabah dimaksud.
Menurut pria yang juga Dosen STKIP Bima itu, telah diterbitkan surat keputusan bersama 4 menteri, termasuk Mentri Pendidikan yang menyarankan agar pembelajaran tetap dilaksanakan secara online.
Kalau pun daerah yang zona hijau Covid-19 mau melaksanakannya, tentu harus “memanipulasi” kegiatan pembelajaran dengan cara maksimal selama 4 jam, itu pun dirolling. Kelas 1 – 2 waktu pagi hingga pukul 10.00 Wita, begitupun dengan kelas 3 sampai kelas 6, diatur hanya melaksanakan pembelajaran selama 4 jam.
“Itupun dibagi lagi, satu kelas dibagi 2 kelas, untuk menjaga jarak 1 meter,” katanya, Senin (22/6).
Namun, apabila pembelajarannya bisa dilakukan secara online, sebaiknya tetap dilanjutkan dengan cara online. Sebab, di tengah pandemi ini semua kemungkinan bisa saja terjadi. Jangan sampai muncul klaster baru muncul dari dunia pendidikan.
“Kita tidak bisa menjustifikasi klaster ini dan itu aman. Karena semua memiliki potensi dan dampak,” terangnya.
Kata Zacky, jika proses pembelajaran online ini tidak menganggu penyerapan ilmu, maka perlu dilanjutkan, untuk memberikan rasa aman kepada siswa. Tapi kalau dirasa menganggu penyerapan ilmu pengetahuan, boleh dilakukan uji coba sekolah tatap muka, hanya saja dengan syarat yang sangat ketat.
“Tapi apakah siap tenaga pengajar juga melakukan itu. Siswa yang terbagi di 2 kelas, kemudian harus mondar mandir untuk mengajar,” ujarnya.
Jika dihitung secara peluang sambung pria yang juga bergelar Doktor itu, apabila siswa dari rumah ke sekolah tentu membutuhkan jarak. Kemudian pada pertengahan jalan, apakah bisa memberikan rasa aman agar terpapar virus tersebut. Kemudian siswa yang terpapar itu muncul di sekolah.
“Hal – hal seperti ini juga yang harus dipikirkan,” sarannya.
Zacky kembali menegaskan, pada poinnya, sebaik-baiknya jika memungkinkan pembelajaran online, sebaiknya dilanjutkan dengan online. Kalau pun sudah demikian, guru juga harus mampu membuat rancangan pembelajaran yang lain, d iluar dari biasa. Artinya dengan situasi ini harus dibuat inovasi baru yang sesuai dengan keadaan saat sekarang.
“Metode-metode yang sudah ada sekarang tinggal dikembangkan,” pungkasnya.
Ia menambahkan, pun kalau pemerintah mau, di tengah pandemi ini bisa menggunakan aplikasi sekolah tatap muka via online, sistem absensinya terdeteksi dalam aplikasi tersebut.
*Kahaba-01