Opini

Sebuah Narasi Kebangkitan Ekonomi Dana Mbojo

381
×

Sebuah Narasi Kebangkitan Ekonomi Dana Mbojo

Sebarkan artikel ini

Oleh : Muhadi ***

Opini, Kahaba.- Pembangunan ekonomi di wilayah kabupaten dan Kota Bima, masih belum terlihat dikelola secara optimal dan berkesinambungan oleh pemerintah. Banyak potensi wisata, kuliner khas hingga kerajinan khas Mbojo belum dikenal masyarakat secara luas dan mewarnai koleksi budaya atau produk nasional,  sudah seharusnya produk andalan dana Mbojo harus terus membenah diri. Kreatifitas putra-putra daerah dalam menciptakan Brand dan produk originil, dikatakan masih tertinggal jauh dengan daerah-daerah lain. Padahal Mbojo menyimpan potensi budaya dan produk yang tidak kalah jauh dengan daerah lain. Tantangan buat pemerintah dan masyarakat sekarang, bagaimana merencanakan dan mengembangkan produk, sehingga tercipta iklim ekonomi yang kondusif dan kompetitif.

Sebuah Narasi Kebangkitan Ekonomi Dana Mbojo - Kabar Harian Bima

Tantangan lainnya yaitu bagaimana pemerintah kedepan mampu menciptakan iklim korporasi yang kondusif baik ditingkat internal maupun eksternal dalam upaya menghasilkan tenaga-tenaga yang berkualitas dan handal. Problem terkait buruknya pengelolaan birokrasi adalah hambatan terbesar dalam mengembangkan usaha dan kreatifitas di bidang ekonomi. Sebuah narasi akan kebangkitan ekonomi dana mbojo sebagai suatu alternatif dan referensi pemikiran untuk sama-sama ditinjau oleh kita semua.

Prof. Dr. Fahmi Amhar didalam sebuah artikel menulis, dari sisi kualitas, bangkit menuju hidup ini ada tiga tingkatan (level), yaitu Level pertama yaitu bergerak ke arah yang positif (self-build), tidak merusak diri sendiri (self-destroy); kemudian Level kedua yaitu melakukan sesuatu yang ada hasilnya (produktif), keberhasilan sangat ditentukan oleh human resources management yang sesuai dan proposional. Minimal dapat menciptakan sistem produksi, pengelolaan dan distribusi pada semua tatanan kehidupan terutama sektor ekonomi. Sehingga isu kemandirian daerah tercipta, sekalipun belum lebih maju dari capaian material/produk yang dimiliki daerah lain.

Intinya bukan kuantittas pencapaian materialnya, tetapi bahwa itu dirancang dengan memperhatikan infrastruktur produksi, kemudian dioperasikan dan memperoleh keuntungan,  strategi pemasaran di budayakan sehingga menghasilkan mutu dan memiliki nilai tambah bagi pengembangan ekonomi dana mbojo. Level Ketiga yaitu memberikan sesuatu yang kontributif kepada orang banyak atau masa sesudahnya. Apakah dalam kapasitas menciptakan lapangan kerja ataupun dalam bentuk pemberdayaan lainnya.

            Ibnu Khaldun didalam kitabnya (Muqaddimah;175) menyebutkan bahwa bangkitnya suatu peradaban ditandai oleh lima tahapan kerja dan pemikiran, Pertama, yaitu tahapan mensukseskan agenda yang direncanakan dengan persiapan yang matang. Kedua, Konsolidasi yang kuat antar level dan struktur pemerintah dan upaya menyatukan kekuatan masyarakat. Ketiga, Menghindari kekuatan tirani atau kediktatorianisme pemerintah dalam pengambilan keputusan. Keempat, sinergitas dan integrasi dari keadaan stangan politik-ekonomi menjadi dinamis konstruktif. Kelima, Menghindari sikap pemborosan, berlebihan, dan ketidakpastian arahan kerja maupun penggunaan anggaran. Maka dipandang perlu ditinjau kembali arah kebijakan sektor ekonomi Dana Mbojo.

Narasi Kebangkitan Ekonomi Dana Mbojo

Secara teoritis, negara dan pemerintah berperan penting dalam pemenenuhan kebutuhan dasar masyarakat, yaitu kebutuhan dasar individu dan kebutuhan dasar masyarakat. Kebutuhan dasar individu berupa sandang, pangan dan papan. Negara dan pemerintah secara tidak langsung memastika penerapan hukum mencari nafkah/pekerjaan kepada rakyatnya. Dengan menyiapkan sarana dan prasarana yang baik, maka peluang untuk memenuhi kebutuhan akan terlaksana. Hal lain juga terkait kebutuhan dasar masyarakat seperti keamanan, kesehatan dan pendidikan merupakan hak setiap warga negara.

Secara umum provinsi Nusa Tenggara Barat kategori rendah berdasarkan tingkat indek pembangunan manusia (IPM) Nasional, yaitu urutan 32 sebelum Papua. Kemudian produk domestic regional bruto PDRB Kota Bima pada tahun 2010 telah mencapai 999,586 milyar Rupiah, Besaran PDRB yang dihasilkan tersebut meningkat setiap tahun dari 886,379 milyar rupiah tahun 2009. Pertumbuhan ekonomi Kota Bima pada tahun 2010 adalah sebesar 5,72 persen. Angka pertumbuhan tersebut mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan pertumbuhan PDRB tahun 2008 sebesar 4,47 persen. Struktur perekonomian Kota Bima masih didominasi oleh sektor jasa dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang masing-masing memiliki peranan 29,12 persen dan 20,28 persen.

Apabila diamati berdasarkan kelompok-kelompok kegiatan ekonomi, maka dapat dijelaskan bahwa perekonomian Kota Bima hingga tahun 2010 masih didominasi oleh kelompok tersier seperti, sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel & restoran, sektor angkutan dan komunikasi,  keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan kontribusi pada tahun 2010 sebesar 72,41 persen. Sementara sektor primer yang terdiri dari Sektor Pertanian dan Sektor Pertambangan & Penggalian mempunyai peranan sebesar 17,14 persen, dan sektor sekunder yang terdiri dari Sektor Industri; Sektor Listrik dan Air Bersih; dan Sektor Konstruksi pada tahun 2010 hanya berperan sebesar 10,45 persen (BPS Kota Bima, 2011).

            Laju perekonomian Kabupaten Bima selama periode 2001-2005 mengalami fluktuasi yang cukup berarti. Laju pertumbuhan tertinggi pada tahun 2003 yang mencapai 5,53 persen, sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 1,37 persen. Tinggi rendahnya laju pertumbuhan tersebut lebih disebabkan adanya fluktuasi laju pertumbuhan beberapa sektor ekonomi, utamanya sektor pertanian yang merupakan sektor dominan yang telah mengalami fluktuasi cukup tajam. Rendahnya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima yang hanya 1,37 persen sebagai akibat rendahnya laju pertumbuhan sektor pertanian yang mencapai 0,14 persen atau turun sekitar 97,05 persen (BPS Kabupaten Bima, 2007).

            Dengan demikian, sturktur perekonomian Kota Bima cenderung berkembang di sektor sekunder dan tersier ketimbang sektor primer. Maka perlu ada langkah antisipasi dan pengembangan strategi yang khusus dari pemerintah dan mengelola potensi daerah, kebijakan pemerintah dalam ketahanan pangan daerah sangat ditentukan oleh pendekatan analisis yang digunakan. Sebaliknya secara umum struktur perekonomian Kabupaten Bima masih didominasi sektor primer, dikarenakan luas wilayah dan mata pencaharian penduduk yaitu bertani.

Porter menawarkan 3 jenis strategi dalam menyikapi problema yang ada, tentunya pemilihan strategi yang tepat akan memberikan dampak yang signifikan guna laju pertumbuhan dan perbaikan ekonomi. Strategi yang pertama, Cost Leadership (memimpin atau mengendalikan biaya) yaitu dengan meningkatkan pangsa pasar, mengoptimalkan penggunaan sumber daya (sarana, fasilitas dan alat penunjang produksi lainnya). Teknologi memiliki peran penting dalam menunjang produksi dan distribusi usaha. Pada strategi ini diusahakan pemerintah dapat mendesain jenis produk sesuai dengan kebutuhan, keinginan dan harapan masyarakat.

Terlihat pada sektor sekunder yang merupakan infrastruktur penunjang masih belum dioptimalkan, misalnya Listrik dan Air bersih. Fakta menunjukan Pembangkit listrik di Kota Bima belum memiliki pembangkit yang memadai yang representatif, masih menggunakan tenaga Disel. Wacana pembangkit listrik tenaga barupun masih menjadi mimpi. Sama halnya dengan penyediaan air bersih bagi kebutuhan masyarakat terutama air untuk konsumsi. Fakta menunjukan, masyarakat sudah lebih banyak beralih ke penggunaan air pompa listrik ketimbang air dari PDAM. Pada sektor lain sudah banyak usaha depot air isi ulang bermunculan. Meskipun dinilai efektif namun dapat mengurangi pendapatan PDAM.

Kedua, strategi differentiation yaitu upaya organisasi menciptakan produk yang unik dan menarik masyarakat luas, selanjutnya meningkatkan mutu pelayanan baik di sektor birokrasi serta mendorong pihak swasta untuk ikut berpartisipasi. Namun problem tersebut sulit diatasi karena secara internal masih banyak kekurangan. Point permasalahan juga ada pada citra keunggulan produk, baik barang maupun jasa yang ditawarkan.

Misalnya disektor Kerajinan tangan, kita masih kalah saing dengan produk daerah lain yang sudah Go Nasional bahkan Internasional, salah satu contoh misalnya batik, padahal Bima sudah mampu memproduksi busana khas daerah secara konsisten, namun masih perlu adanya perhatian lebih khusus lagi. Meskipun pada skala lokal sudah menjadi regulasi pemerintah namun belum mampu mendorong ke promosi nasional.

Maka tantangan selanjutnya adalah bagaimana pemerintah mengupayakan kekuatan promosi produk lokal sehingga dapat diakui bahkan digunakan oleh masyarakat Indonesia. Di sekotor pariwisata, dana mbojo punya potensi besar dengan luas pesisir pantai diteluk Kota Bima ± 25 km, sangat memungkinkan untuk diolah dan diperdayakan sehingga menarik tamu luar yang datang, seperti daerah-daerah lain.

            Ketiga, strategi focus yaitu produk yang sudah populer dimata masyarakat Bima maupun diluar, perlu dikembangkan lagi misalnya pada sektor pertanian yaitu bawang merah, ia merupakan komoditi andalan Bima sampai saat itu, itupun bahan mentah langsung di kirim keluar, belum mampu dikemas sedemikian rupa sehingga mampu berdaya saing. Di sektor peternakan juga demikian halnya, letak Bima secara geografis sudah sangat mendukung untuk mengembangkan potensi ternak, namun Kabupaten Bima masih belum mampu menyaingi daerah lain semisal Sumbawa ataupun Lombok.

Mental Ekonomi Normatif

            Kecendrungan budaya ‘’konsumtif’’ masyarakat sedikit banyak menggeser mental ekonomi konstruktif. Paradigma yang diperlukan adalah menciptakan nilai tambah dan peluang pasar. Harus ada keberanian dalam membenahi sektor pembangunan ekonomi daerah. Spesifikasi dan pengembangan ekonomi kedaerahan tidak hanya terpusat pada kapasitas produksi aparat pemerintah namun harus mampu menggandeng berbagai elemen penunjang. Sosiologi ekonomi dana mbojo sejalan dengan pola distribusi, mengedepankan budaya ka’ulu-,kakento, kasama iu ro raka, kasabua ade labo ka adekai. Sebuah pandangan filosofis syarat dengan nilai-nilai agama dan etos kerja. Salam maja labo dahu.

*** Mahasiswa Admistrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM Universitas Airlangga.