Opini

Dae Dinda Perempuan Reformis

542
×

Dae Dinda Perempuan Reformis

Sebarkan artikel ini

Oleh: La Ndolo Conary

La Ndolo Conary
La Ndolo Conary

Sejarah peradaban sebuah bangsa sangat membutuhkan seorang tokoh. Tokohlah yang senantiasa berbuat dan berjuang untuk membela orang banyak. Ketokohan seseorang tak bisa dinilai dari jenis kelamin, tetapi harus diukur pada aspek pengabdian yang mereka lakukan. Baik sebagai politisi, akademisi, ulama, sastrawan dan seniman, aktivis sosial, maupun profesi lainnya. Seorang tokoh harus menjadi teladan dan motivasi bagi orang disekitarnya.

Di Indonesia kita kenal Soekarno, Hatta, Sultan Syahril, KH Ahmad Dahlan, KH Hasyim, Cut Nyai Dien, RA Kartini, Bu Inggit, Malahayati. Mereka ini baru sebagian dari ratusan tokoh yang telah berjasa untuk Indonesia. Kiprah mereka dalam sejarah tak bisa diragukan lagi, mereka ada yang di penjarakan, diasingkan, disiksa, bahkan ada yang meninggal demi memperjuang hak-hak masyarakat yang dijajah saat itu.

Salah satu pengaruh seorang tokoh dalam perjalanan sejarah, mereka akan selalu ada pewarisnya yang melestarikan semangat dan keteladanan mereka. Sehingga generasi yang hidup pada jamannya mampu berkarya. Setiap periodesasi paradigma jaman, selalu ada tokoh yang berjuang demi kepentingan masyarakat umum. Mencermati kiprah para tokoh dalam catatan sejarah, tentu sudah menjadi keharusan jaman disetiap daerah (tingkat Desa, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi, dan Negara) akan ada tokoh. Mereka menjadi panutan masyarakat disekitarnya.

Jika sebuah bangsa atau daerah tak memiliki tokoh, maka perubahan sulit diharapkan. Kiblat masyarakat tak jelas arahnya, karena mereka tak tau harus mengikuti siapa. Sejarah telah membuktikan, peran tokoh sangat menentukan perubahan dalam suatu daerah, hal itu bukan saja peran tokoh laki-laki melainkan kemampuan perjuangan tokoh perempuan dalam mewujudkan martabat bangsa dan negara sudah banyak terbukti.

Era kekinian yang sering kita lihat, tokoh perempuan yang sukses dalam pentas politik seperti Tri Risma Harini (Walikota Surabaya), Anna Sophanah (Bupati Indramayu), Ni Putu Eka Wiryastuti (Bupati Tabanan), Widya Kandi Susanti (Bupati Kendal), dan sederetan nama lainya yang telah menjadi kepala daerah. Pada kesempatan ini, penulis ingin komparasikan peran sejumlah tokoh perempuan dengan calon Bupati Bima Periode 2015-2020, Hj. Indah Dhamayanti Putri (Dae Dinda).

Memulai karir politiknya ketika suaminya (H. Ferry Zulkarnain ST) menjadi Bupati Bima hampir sepuluh tahun. Sebagai seorang istri, tentu sangat berperan aktif dalam mendampingi suaminya, baik suka maupun duka. Setelah suaminya meninggal dunia, Dae Dinda menggantikan suaminya menjadi Ketua Umum Golkar lewat keputusan Musyawarah Daerah Luar Biasa (MUSDALUB), langkah politiknya semakin bergengsi ketika bertarung meraih simpati masyarakat saat menjadi calon legislatif.

Perjalanan politik Dae Dinda menjadi politisi muda sangat diperhitungkan oleh politisi lainnya. Melihat progresifitas dan militansi berpolitiknya, Dae Dinda merupakan tokoh perempuan yang reformis. Dalam dirinya terpatri semangat yang tinggi untuk memperjuangkan nasib rakyatnya. Kepribadiannya sungguh menjiwai harapan dan kebutuhan masyarakat yang akan dipimpinnya nanti.

Perempuan pertama yang sangat berani mencalonkan diri jadi orang nomor satu di Kabupaten Bima, harus menjadi contoh dan motivasi bagi generasi muda yang ada di Bima. Bukanlah hal gampang untuk tampil menjadi pemimpin perempuan, ditengah perbedaan pandangan dan tafsir agama yang masih multi. Nilai budaya pun masih dipahami secara kaku oleh sebagian masyarakat, bahwa perempuan tidak layak menjadi pemimpin. Semua penilain itu dianggapnya ujian yang memotivasi agar terus maju.

Pandangan lain juga sering dibicara terkait tingkat pendidikan yang ditempuhnya, pengalaman politik pun dianggap oleh lawannya tidak matang. Pandangan dan serangan dari lawan politiknya tidak menjadi penghalang baginya. Sesungguhnya pandangan miring telah terkalahkan dengan kenyataan ketika kemenangannya sebagai anggota DPRD Kabupaten Bima. Hal yang telah diraihnya menjadi jawaban bahwa sosok politisi perempuan ini cukup matang dan mampu menyamai tokoh politik dari kalangan lelaki.

Meraih posisi nomor pertama dalam partai dan menduduki posisi penting di legislatif, bukanlah hal gampang untuk seorang perempuan. Sudah banyak perempuan yang memilih jalan yang sama sepertinya, tetapi diantaranya banyak yang gagal untuk meraih cita-citanya. Malahan ada sejumlah pimpinan partai yang perempuan tak mampu menang pada pemilihan legislatif tahun 2014 lalu. Kegagalan para kompetitor politik perempuan, bukan sekedar persoalan dana politik. Melainkan persolan kapasitas personal yang mereka miliki, misalnya masalah kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat, integritasnya, dan mentalitas yang kuat.

Jika sebagian orang menganggap kemenangan politik bagi kaum perempuan ditentukan uang, maka cara pandangan itu perlu diluruskan. Banyak fakta dilapangan orang yang banyak uang justru tidak menang untuk menjadi anggota Dewan, Bupati, atau Kepala Desa. Apabila persoalan keturunan menjadi sandarannya, hal demikian juga terbantah dengan sendirinya. Sebab, banyak juga politisi dari keturunan tokoh dan ulama yang tak dipilih oleh masyarakat. Maka mentalitas yang kokoh dan saham sosial yang terukur, kepribadian yang baik, serta kemampuan komunikasi menjadi hal penting dalam mewujudkan cita-cita itu.

Tokoh perempuan yang reformis harus memiliki mentalitas yang kuat, agresif dalam bertarung,  progresif dalam bersikap, cerdas berkomunikasi, dan  militan dalam bertindak. Dae Dinda  telah  memiliki karakteristik tersebut. Mentalnya sungguh kuat, terbukti dalam keadaan duka sekalipun, saat ditinggalkan oleh suaminya (H Ferry Zulkarnain ST) tetap fokus memikirkan masa depan rakyatnya untuk diperjuangkan melalui langkah politik.

Langkah politiknya sangat luar biasa, mulai berjuang untuk menjadi ketua umum Golkar Kabupaten Bima, lalu meraih jadi wakil rakyat di legislatif, dan sekarang mempersiapkan  diri untuk menjadi pemimpin di Kabupaten Bima. Dulu disaat kedukaan yang begitu dalam tak membuatnya terlarut, walau sesungguhnya kesedihan itu sulit dihilangkan. Apalagi sebagai seorang perempuan,  namun hanya berucap “Allah SWT lebih mencintainya”, ketika suaminya dipanggil kehadirat Ilahi Rabbi.

Perempuan yang sangat agresif dan progresif menjalani agenda politiknya, membuat masyarakat antusias untuk mendukungnya. Dae Dinda tampil dipentas politik  menjadi tonggak kemerdekaan bagi kaum perempuan, mampu menunjukan keunggulan dan kemampuan yang setara dengan kaum lelaki. Bahkan secara politik bisa melebihi lelaki dalam mendapat rasa simpati dan dukungan masyarakat.

Tokoh reformis perempuan yang dilahirkan dari rahim politik ini, sangat cerdas berkomunikasi dengan semua kalangan, baik kawan maupun lawan politiknya. Kesantunannya tercermin dari tutur kata yang bijak saat bertemu dengan berbagai lapisan masyarakat. Hampir setiap momen pertemuannya dengan masyarakat, Dae Dinda selalu menghimbau kepada masyarakat agar menjaga tatanan sosial. Sehingga konflik tak terjadi, hubungan antar suku dan etnis tak retak.

Pengalaman politiknya bersama mendiang suaminya (Alm. Ferry Zulkarnain ST) menjadi pelajaran penting untuk meneruskan misi politik di Kabupaten Bima. Menjadi seorang tokoh tak segampang membalikkan telapak tangan, semuanya memerlukan proses yang panjang. Ketabahan dalam menghadapi ujian dan keberanian untuk bertindak merupakan tahapan penting yang harus dimiliki oleh politisi. Kemudian harus mampu menghargai pandangan dan kritikan orang lain. Sosok politisi muda dari kalangan perempuan ini, tak bisa diragukan lagi dalam hal keberanian bersikap dan kewibawaan untuk menghargai semua kalangan.

Seorang perempuan reformis bukan saja kecerdasan dan keberanian yang dimiliki. Tetapi sikap rendah hati dan tidak membedakan strata sosial sangat dibutuhkan. Kerendahan hati seorang politisi terukur kalau mampu bergaul dengan masyarakat bawah, sensitif terhadap penderitan masyarakat, memiliki kepekaan terhadap masalah sosial. Cepat merespon keinginan dan kebutuhan masyarakatnya.

Dae Dinda mempunyai kemampuan yang sangat layak menjadi seorang pemimpin. Mewujudkan seluruh harapan masyarakat untuk menuju perubahan yang bermartabat dan kedaulatan rakyat tercapai. Kemandirian sikap  dalam meningkat ekonomi kerakyatan dapat diraih. Kepribadian yang menjunjung nilai kearifan lokal mampu tercipta.

Sejumlah pengalaman dan kemampuan yang dimilikinya, Dae Dinda benar-benar bertindak secara reformis. Agenda perubahan yang diusungnya dalam visi politik cukup mencerminkan pemimpin yang peduli. Banyak potensi daerah yang akan dikelolah dengan baik, semua itu sudah menjadi prioritas programnya. Semangat yang tinggi, kesantunan bersikap, progresif gagasannya, dan berkribadian yang berlandaskan nilai kearifan lokal, merupakan ciri yang melekat dalam dirinya.

*Penulis dan Pegiat Kajian Sosial