Oleh: Hazairin*
Orang yang pertama kali menginisiasi dan melakukan penjahitan masker sebagai upaya kemanusiaan mencegah menularnya Covid-19 di wilayah Kabupaten Bima adalah Delian Lubis. Delian memanfaatkan ketrampilan ibunya untuk menjahit alat pelindung dini penjahitan masker.
Ibunya yang seorang janda yang ditinggal mati suami, dan dengan suka rela maupun suka cita menunaikan pekerjaan kemanusiaan menjahit masker yang terbuat dari kain.
Masker hasil jahitan itu dipakai oleh masyarakat yang menunaikan Sholat Jumat maupun masyarakat yang melakukan aktifitas di pasar serta di tempat-tempat umum.
Langkah kongkrit yang memberi manfaat sosial seperti membagikan masker di tengah duka pandemi Covid-19 adalah wujud sikap moral Delian bersama Ibunya yang patut dihormati dan diapresiasi.
Apa yang dilakukan oleh Delian Lubis bersama Ibunya adalah memotret keterkaitan antara nilai kemanusiaan guna mencegah potensi manusia tergulung dari virus covid 19.
Delian Lubis dan Ibunya hanya orang biasa, tidak berpangkat, tidak punya jabatan, bukan pengusaha tp berhasil menularkan manfaat bagi orang banyak.
Menariknya, Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah, sejumlah politisi baik Ketua Partai maupun Anggota DPRD juga ikut serta melakukan membagi masker kepada masyarakat diberbagai tempat.
Delian Lubis bersama Ibunya menjahit masker adalah titik star positif yang mengkonsolidir kesadaran bersama dalam berbagi rasa atas nama kemanusiaan. Kemanusiaan selalu menjadi isu moral yang mempersatukan perbedaan, juga mengikis pertentangan.
Siapa Delian Lubis?
Anak Desa, mantan Mahasiswa Universitas 45 Makassar, juga pernah menggeluti perlawanan melalui “Organisasi Liga Mahasiswa Untuk Demokrasi”. Tidak saja itu, Delian Lubis pernah disel dan dihukum atas dugaan perbuatan melakukan tindak pidana narkotika di Wilayah hukum Polda NTB. Juga pernah terlibat dalam aksi kekerasan yang memercikan darah dan air mata.
Haruskah kisah kelam dikutuk? Tidak, Ketika manusia terpanggil untuk berubah dari yang buruk menjadi baik adalah manifestasi kesadaran yang hidup.
Delian Lubis, “teruslah menjadi baik” tanpa harus mengubah watak dan prinsip yang kau yakini. Sebaik-baiknya buku bacaan adalah mengenali hitam putih riwayat sendiri. Bila masa lalu sebuah penyesalan maka hapuslah dengan masa depan.
*Aktivis 98 dan Penulis Buku Nurani Keadilan