Oleh: Dwi Maria Rohmah, SST*
Pembangunan manusia diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan ukuran yang digunakan untuk menilai kemajuan suatu daerah dalam hal membangun kualitas hidup warganya dari beberapa aspek. IPM yang tinggi dapat menunjukkan bahwa suatu daerah memiliki tingkat pembangunan manusia yang lebih baik, dengan kata lain memiliki kualitas hidup yang lebih baik, dengan akses yang lebih baik ke layanan kesehatan, pendidikan, dan peluang ekonomi.
Mengacu kepada konsep UNDP (United Nations Development Programme), pengukuran capaian pembangunan manusia dengan berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Untuk itu IPM dibangun menggunakan pendekatan tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak.
Pengukuran Indeks Pembangunan Manusia
Sejak tahun 2010, penghitungan IPM oleh Badan Pusat Statistik sudah menggunakan metode baru. Pada penghitungan metode lama, beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam penghitungan IPM. Angka melek huruf sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas pendidikan.
Penghitungan IPM dengan metode baru dari pendekatan 3 dimensi yang dijadikan dasar pengukuran indeks pembangunan manusia dirumuskan dalam 4 indikator yaitu Umur Harapan Hidup (UHH), Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS), serta Pengeluaran Per Kapita yang disesuaikan (PPP).
Sejak tahun 2023, terdapat pemutakhiran sumber data sehingga ada perubahan terhadap komponen IPM UHH. Sebelumnya komponen UHH dihitung dari hasil Sensus Penduduk 2010, kemudian dimutakhirkan dengan menggunakan hasil Long Form Sensus Penduduk 2020.
Capaian Pembangunan Manusia Kota Bima
Pembangunan manusia di Kota Bima mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu. Pada tahun 2024, IPM Kota Bima sebesar 78,91 dengan capaian IPM termasuk level tinggi. Capaian tersebut disokong oleh 3 dimensi yakni dimensi umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak.
Pada dimensi umur panjang dan sehat, indikator yang digunakan adalah UHH. UHH Kota Bima termasuk tinggi, yakni sebesar 73,15 tahun atau sekitar 73 tahun. Artinya, bayi yang lahir di Kota Bima pada tahun 2024 memiliki harapan untuk hidup hingga berusia 73 tahun.
Pada dimensi pengetahuan, indikator yang digunakan adalah HLS dan RLS. Di tahun 2024, HLS Kota Bima sebesar 15,08 tahun dan RLS sebesar 10,96 tahun. Secara rata-rata, penduduk usia 7 tahun yang sudah bersekolah diharapkan dapat menempuh pendidikan selama 15,08 tahun atau selama 15 tahun 08 bulan. Selain itu, penduduk usia 25 tahun ke atas di Kota Bima sudah menempuh pendidikan formal selama 10,96 tahun, yang artinya rata-rata masyarakat Kota Bima telah menempuh pendidikan formal selama 10 tahun 10 bulan atau setara dengan kelas 1 SMA.
Pada dimensi standar hidup layak, indikator yang digunakan adalah pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan (PPP). PPP merupakan proxy yang menggambarkan kemampuan daya beli masyarakat. Daya beli merupakan kemampuan masyarakat dalam membelanjakan uangnya ke dalam bentuk barang dan jasa. Pada tahun 2024, pengeluaran masyarakat Kota Bima sebesar 12,36 juta rupiah per orang per tahun.
Perkembangan IPM Kota Bima
Secara bertahap kualitas manusia di Kota Bima semakin meningkat sebagai efek pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah di berbagai dimensi kehidupan. IPM Kota Bima memiliki tren positif beberapa tahun terakhir, yang merupakan potret bahwa terdapat peningkatan kualitas hidup masyarakat Kota Bima. Peningkatan nilai tersebut tentu saja tidak lepas dari perbaikan program yang terus dilakukan oleh pemerintah daerah pada setiap dimensi di dalamnya.
Selama lima tahun terakhir, IPM selalu mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhannya sebesar 0,69 persen per tahun. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2022 sebesar 0,72 poin atau meningkat sebesar 0,93 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Di sisi lain, peningkatan terendah terjadi pada tahun 2021, IPM Kota Bima meningkat sebesar 0,29 poin atau sebesar 0,38 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Perkembangan yang positif juga ditunjukkan pada setiap dimensi maupun indikatornya. Selama tahun 2020-2024, rata-rata pertumbuhan tertinggi terlihat pada indikator pengeluaran masyarakat Kota Bima yaitu sebesar 2,73 persen. Pengeluaran masyarakat Kota Bima meningkat dari 11,1 juta rupiah per orang per tahun pada tahun 2020 menjadi 12,36 juta rupiah per orang per tahun pada tahun 2024. Di sisi lain, rata-rata pertumbuhan terendah terlihat pada indikator harapan lama sekolah yaitu sebesar 0,13 persen selama 2020-2024. Dari tahun 2020-2024, penduduk usia 7 tahun yang sudah bersekolah diharapkan dapat menempuh pendidikan selama 15 tahun atau setara dengan tingkat pendidikan Diploma III.
Pembangunan manusia di Kota Bima menempati peringkat ke-2 dari seluruh kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Saat ini, IPM Kota Bima berada pada level tinggi. Dengan program dan kebijakan yang tepat serta berkelanjutan, Kota Bima memiliki peluang besar untuk menyusul Kota Mataram dan mencapai level sangat tinggi dalam dua tahun ke depan. Pembangunan manusia bukan sekadar angka, tetapi merupakan upaya menciptakan sumber daya manusia yang maju dan berdaya saing.
*Statistisi Ahli Pertama, BPS Kota Bima