Kabupaten Bima, Kahaba.– Pekerjaan proyek pembangunan kerap kali sarat dengan penyimpangan. Tidak hanya proyek sampan fiberglass dan jalan peningkatan poros desa yang menelan anggaran miliaran yang telah disidik penegak hukum, nasib proyek pengembangan wisata pantai Kalaki terutama proyek sarana pemandian (Water Boom) terbengkalai, dan kembali menjadi bahan sorotan.
Sejak sarana pemandian Water Boom itu ada, hingga saat ini tidak jelas pemanfaatannya. Padahal anggaran miliaran telah dikucurkan dari uang rakyat. Kini Pemerintah Kabupaten Bima kembali dihadapkan dengan pertanyaan dan sorotan sejumlah anggota DPRD, terkait pembangunan tempat yang tidak berfungsi tersebut.
Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Bima, Ahmad, SP, M.Si menyorot, sudah dua tahun proyek pembangunan Water Boom di pantai Kalaki tersebut selesai dikerjakan. Sumber anggarannya dari APBD Kabupaten Bima, kurang lebih sebesar Rp 5 miliar. Namun kenyataannya, hingga saat ini bangunan tersebut tidak dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. “Water Boom itu tidak pernah bisa digunakan, hanya dibangun saja. Bahkan sudah menjadi kandang ternak warga. Padahal saat presentasi yang disampaikan Pemerintah, begitu megah dan indah,” sorotnya.
Menurut Duta PBB itu, setelah saban waktu diperhatikan, proyek itu tidak bermanfaat dan terbengkalai. Setelah dibangun, mestinya Pemerintah bisa memperhatikan dan memanfaatkannya. “Pemerintah ini kan hanya serius saat pembahasan anggarannya saja. Pasca pengerjaan, malah tidak pernah diperhatikan,” tanyanya.
Mantan ketua Komisi II DPRD Kabupaten Bima merasa aneh dengan proyek tersebut. Tidak saja menyorot masalah kondisi fisik proyek, tetapi pemanfaatannya. Padahal setiap tahun anggaran dikucurkan untuk menuntaskan pembangunannya.
Termasuk hasil pemboran air bagi kebutuhan aktivitas Water Boom yang kini juga tidak jelas, Yani menambahkan, tidak ada alasan Water Boom tersebut tidak dimanfaatkan karena tidak tersedianya air. Padahal rumah makan BBA dan hotel Kalaki Beach dapat membangun kolam renang diatas tebing pegunungan. “Lantas kenapa posisi Water Boom yang berada pada tempat landai tidak terdapat air. Berarti ada yang tidak beres dan perencanaan yang tidak maksimal,” tambahnya..
Dia menilai, proyek Water Boom di pantai Kalaki tersebut adalah proyek gagal yang perlu dipertanyakan kembali pada Pemerintah. Jangan sampai anggaran miliaran yang sudah dikucurkan tidak ada manfaat sama sekali bagi masyarakat.
Tidak saja menyorot Water Boom, Ahmad juga menyinggung proyek fisik Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIS) yang juga dibangun melalui anggaran APBD, kini terbengkalai. Malah pemanfaatannya kini tidak lagi sebagai tempat menimba ilmu, tetapi dijadikan warga sekitar untuk menyimpan ternak dan hasil pertanian.
Setali tiga uang, sorotan Ahmad juga diamini anggota DPRD Kabupaten Bima yang lain, A. Yani Umar, SE. I. Ketua Badan Kehormatan (BK) tersebut mengatakan proyek Water Boom pantai Kalaki bisa saja menjadi boom waktu bagi Pemerintah. Apalagi dillihat dari kondisi proyek saat ini yang tidak ada manfaatnya bagi masyarakat. “Harusnya Water Boom pantai Kalaki bisa dimanfaatkan sebagai salah satu tempat wisata yang digemari. Seperti saat dipresentasikan ketika pembahasan anggaran,” terangnya. [BS]