Kabar Bima

Camat Tambora: Warga Tidak Menolak Pura

370
×

Camat Tambora: Warga Tidak Menolak Pura

Sebarkan artikel ini

Kabupaten Bima, Kahaba.- Keberadaan Pura Agung Udaya Parwata di Tambora (Sebelumnya disebut Pura Jagad Agung Tambora, Red) sama sekali tidak mendapat penolakan dari warga Desa Oi Bura Kecamatan Tambora. Yang dipermasalahkan hanya bak yang dibangun diatas mata air. (Baca. Pura Diatas Sumber Air, FUI Datangi MUI)

Camat Tambora Kabupaten Bima, Drs. Mahmud. Foto: Bin
Camat Tambora Kabupaten Bima, Drs. Mahmud. Foto: Bin

“Siapa yang bilang ada warga menolak keberadaan Pura, Pemkab Bima juga tidak ada masalah, kan sudah ada rekomendasi dari Bupati Zainul Arifin,” ujar Drs. Mahmud, Camat Tambora Kabupaten Bima, Senin (20/10).

Kata dia, yang ditolak warga hanya bak air yang dibangun diatas mata air, dan itu sudah disepakati untuk dibongkar. “Keberadaan bak air itu dikhawatirkan tidak lagi bisa dimanfaatkan lagi oleh warga, makanya minta dibongkar,” jelasnya. (Baca. Diprotes Warga, Bangunan Air Suci Pura Dibongkar)

Pura Agung Udaya Parwata di Tambora. Foto: Bin
Pura Agung Udaya Parwata di Tambora. Foto: Bin

Menurut dia, disekitar Pura tersebut ada dua bak besar, dibangun sejak zaman Belanda dan digunakan oleh warga Dusun Pancasila, Desa Tambora Kabupaten Dompu dan sekitarnya. Namun dua bak air besar itu berbeda tempatnya dengan bak air yang dianggap suci oleh umat Hindu disekitar Pura.

Dirinya juga meminta kepada MUI dan organisasi Islam yang menolak keberadaan Pura, untuk turun langsung ke Desa Oi Bura dan melihat kondisinya. “MUI turun langsunglah, biar melihat apa yang sebenarnya ada di Pura itu,” sarannya. (Baca. Tolak Pura Tambora, Ini Pernyataan Sikap FUI Bima)

Pura Agung Udaya Parwata di Tambora. Foto: Bin
Pura Agung Udaya Parwata di Tambora. Foto: Bin

Sementara itu, warga Dusun Pancasila Desa Tambora, Nurwahidah dan Siti Hawa juga mengakui jika menolak keberadaan bangunan diatas mata air tersebut. “Ada bangunan diatas mata air, dibangun tanpa memberitahu Kepala Desa Tambora,” katanya.

Mereka khawatir air yang sudah digunakan atau sisa pakai umat Hindu, kemudian dipakai oleh masyarakat setempat. “Tapi bangunan itu sudah dibongkar,” ujarnya.

*Bin­­