Kabupaten Bima, Kahaba.- Harga obat dan pupuk subsidi saat ini tinggi dan sangat meresahkan petani. Dipicu itu, warga Renda Kecamatan Belo melampiaskan kekesalan dengan memblokir jalan dibeberapa titik, Senin (22/11).

Aksi tersebut menjadi bentuk kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah yang tidak bisa mengatur harga jual pupuk dan obat-obatan.
Salah satu masyarakat Desa Renda Dedi Majaya mengatakan, aksi blokir jalan ini dilakukan karena warga resah warga soal tingginya harga obat-obatan, pupuk dan pestisida yang dijual pengecer.
“Aksi seperti ini bukan hanya dilakukan oleh masyarakat Desa Renda, tapi masyarakat Desa Ngali juga melakukan dengan tuntutan yang sama,” katanya.
Menurut dia, terhadap persoalan ini, belum ada solusi konkrit dari pemerintah. KP3 diketuai Sekda Kabupaten Bima yang dibentuk untuk mengatur dan mengawasi harga jual pupuk, tidak berfungsi sama sekali.
“KP3 tahu harga jual berdasarkan HET, namun tidak ada tindak tegas yang diberikan oleh KP3 kepada para pengecer pupuk,” keluhnya.
Ia menyebutkan, harga pupuk di pengecer mencapai Rp 200 Ribu persak. Harga itu sangat jauh dari Harga Eceran Tertinggi (HET). Tentu saja, ini sangat mencekik para petani. Bukan hanya pupuk subsidi, tapi harga obat merk Basmila yang harganya Rp 60 ribu kini mencapai Rp 120 Ribu perbotol.
“Bawang merah saat ini tidak berhagar, tapi obat-obatan dan pupuk melambung tinggi,” ungkapnya.
Dedi juga mendesak Pemerintah Daerah (Pemda) untuk segera mengatur tentang harga sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 7 Tahun 2020 tentang harga acuan pembelian di tingkat petani dan harga acuan penjualan di tingkat konsumen.
“Pemblokiran jalan ini tidak akan kami buka sebelum ada kejelasan dari pemerintah,” tegasnya.
*Kahaba-09