Nasional

Minat Membaca Buku Cukup Rendah

252
×

Minat Membaca Buku Cukup Rendah

Sebarkan artikel ini

Jakarta, Kahaba.- Salah satu referensi paling ilmiah yang bisa diperoleh para siswa adalah melalui membaca buku. Akan tetapi, kondisi yang berbeda terjadi pada sebagian besar siswa peneliti jenjang SMA yang kurang membaca buku ataupun referensi lain yang mampu menunjang penelitiannya. Sejauh ini, minat para siswa peneliti sudah sangat tinggi dan ide-ide penelitiannya sangat inovatif.   

Minat Membaca Buku Cukup Rendah - Kabar Harian Bima
Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia, 2012

Pada kegiatan Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2012 yang digelar Rabu kemarin (10/10/2012) di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, sebanyak 10 peserta lolos dalam tahap presentasi.

Minat Membaca Buku Cukup Rendah - Kabar Harian Bima

Budhi Soesilo, dosen Program Pascasarjana Studi Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, yang menjadi salah satu juri OPSI 2012, mengatakan, dengan banyak membaca buku, hasil penelitian siswa menjadi lebih lengkap, orisinal, dan maju. ”Guru juga harus mendorong siswa agar banyak membaca buku,” ujarnya, seperti yang dilansir dalam Kompas.com.

Untuk diketahui pada kegiatan OPSI 2012, sebanyak 850 makalah untuk kategori sains dasar, sains terapan, dan humaniora, dari seluruh daerah di Indonesia. Dari beberapa makalah yang telah masuk, dipilih 10 kelompok untuk setiap bidang yang nantinya harus mempresentasikannya. Sekitar 81 kelompok juga diundang untuk memamerkan hasil penelitian yang nantinya akan dilaksanakan saat babak final, Kamis (11/10/2012) siang tadi.

Budhi mengusulkan agar seluruh hasil penelitian para peserta OPSI diunggah ke pusat data penelitian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Harapannya, siswa peneliti tidak meneliti hal yang sama berulang-ulang.

Ada kecenderungan bahwa para siswa lebih sering menggunakan istilah-istilah yang rumit, sehingga tidak mampu membangun logika berpikir mereka. Budhi menambahkan, hal tersebut seharusnya tidak perlu terjadi. ”Padahal, seharusnya digunakan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat awam,” ujarnya. Ia khawatir para siswa hanya diminta untuk menghafal istilah-istilah itu oleh guru.

Pernyataan Budhi sejalan dengan apa yang disampaikan oleh guru pembimbing penelitian SMAN 1 Selong, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nurhayadi dan Haerudin. Keduanya mengakui, guru hanya mendorong siswa untuk melakukan penelitian, tetapi kurang mendorong siswa untuk membaca buku.

Ketika dimintai informasi mengenai referensi dalam menulis dan melakukan penelitian, sejumlah siswa peserta OPSI 2012 mengatakan lebih nyaman mencari informasi lewat internet dibandingkan dengan membaca buku. Selain lebih praktis dan murah, informasi di internet juga lebih beragam dan lengkap serta tersedia melimpah.

Semoga minat membaca buku semakin meningkat dan mampu memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan di Indonesia dan juga di Provinsi NTB khususnya. [Kompas.com/DH]