Opini

Pileg Kota Bima Menghasilkan Politik Uang dan Dinasti

2058
×

Pileg Kota Bima Menghasilkan Politik Uang dan Dinasti

Sebarkan artikel ini
Oleh: Firmansyah*
Pileg Kota Bima Menghasilkan Politik Uang dan Dinasti - Kabar Harian Bima
Ilustrasi Politik Dinasti

Tahun 2024 menjadi tahun politik yang kental dengan Politik Uang sekaligus terjadi trend Politik Dinasti. Cost politik yang cukup besar untuk memenangkan pertarungan politik pada Pileg 2024 Kota Bima, disadari atau tidak, karakter pemilih sudah tidak peduli lagi dengan latar belakang calon anggota Legislatif yang ikut dalam pemilu legislatif kali ini. Politik uang menjadi konsumsi bersama dan seakan dibiarkan begitu saja seperti bukan lagi sebuah pelanggaran Pemilu.

Berdasarkan hasil penelusuran yang kami lakukan di semua Dapil, dapat kami simpulkan bahwa politik uang bukan lagi rahasia umum. Topik pembicaraan tidak lepas dari nilai uang yang diberikan oleh masing-masing calon yang cukup variatif, mulai dari uang senilai Rp 200.000 – Rp 600.000 per pemilih untuk Caleg DPRD Kota Bima. Dimana 1 orang pemilih bisa memperoleh uang dari 3-4 Caleg bahkan lebih. Angka yang cukup besar untuk kategori daerah masih berkembang.

Dengan analisa perolehan suara DPRD Kota Bima dan asumsi cost politik yang rata-rata tiap pemilih sebesar Rp 300.000 – Rp 500.000, maka tiap Caleg DPRD Kota Bima harus memiliki cost politik minimal sebesar Rp 1 miliar hingga Rp 2 miliar. Angka ini bisa jadi lebih tergantung dari kemapuan financial tiap calon, dan hal ini telah terkonfirmasi langsung lewat tim pemenangan sebagian besar Calon Legislatif Kota Bima.

Di sisi lain, ketika ditanyakan kepada beberapa masyarakat, kenapa mengambil uang beberapa Caleg, “Nama kami sudah didata oleh tim pemenang masing-masing calon. Tim pemenangan yang beda-beda datang sekaligus menawarkan uang, masa kami tolak. Kapan lagi bisa dapat uang sebanyak ini” demikian pengakuan warga.

Sudah tidak ada lagi istilah serangan fajar yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi seperti yang terjadi pada pemilu sebelumnya. Sehingga wajar saja kalau politik dinasti atau dinasti kekuasaan bisa terwujud dalam pemilu tahun ini. Simak saja yang berhasil lolos bahkan menyumbang suara yang cukup besar pada pemilihan legislatif DPRD kota Bima saat ini, antara lain ayah dan anak, suami dan istri, paman dan keponakan, dan kerabat dekat.

Menurut saya, ini adalah sebuah komposisi strategi politik penguasaan wilayah yang cukup sukses dengan memahami karakter pemilih saat ini, dimana uang menjadi kekuatan utama dalam pertarungan Pileg Tahun 2024 bahkan mungkin hingga pada Pemilu selanjutnya.

Demokrasi sehat seperti apa yang bisa diharapkan, pemimpin macam apa yang bisa diharapkan dari politik uang dan politik dinasti ini ?? Selain upaya melanggengkan kekuasaan, nafsu kekuasaan dengan dalil membawa amanat rakyat untuk kesejahteraan rakyat atau istilah-istilah manis lainya.

Hingga menjadikan istilah suara rakyat adalah suara Tuhan menjadi sangat ambigu, maka suara dari hasil suap inilah yang telah di ijabbah oleh Tuhan. “Mari kita songsong pemimpin Militan Kita dengan suka cita”..seraya kelakar!!!

Harapannya untuk pemilu ke depan tugas kita semua terutama KPU dan Bawaslu berperan aktif tidak hanya berfungsi sebagai panitia penyelenggara pemilu, tetapi juga berperan dalam mencerdaskan masyarakat dalam memilih wakil rakyat yang mampu mewakili suara rakyat, memiliki integritas dan bermartabat. Selanjutnya pengkaderan partai politik harus lebih selektif dalam penetapan Calon Anggota Legislatif, guna menghindari praktek politik uang dan dinasti politik.

*Warga Kota Bima dan Anggota Ikatan Ahli Perencana Indonesia